Minggu, 21 Oktober 2012
Menyelami Mutiara Bumi Saba
Bagikan di Google+
Budak Dari Yaman "Khaizaran"
Khaizaran namanya, gadis Yaman yang diculik seusai menunaikan shalat subuh di masjid. dia dibawa oleh para penculik itu ke Kota Makah tepatnya tempat itu bernama Al-Hajun, dalam jeruji besi itu wanita yang di dalamnya akan diperjual belikan sebagai budak termasuk dengan dirinya, disana dia mempertanyakan tentang kesucian serta keadilan ketika pemerintahan Islam di pegang oleh Kekhalifahan Al-Manshur teriakan dan perkataan pada setiap orang yang datang akan membeli para budak sampailah ke telinga keluarga Khalifah Al-Manshur. Dia akan selalu berteriak dengan mengulang pertanyaan "Apakah gadis ini bukan rakyatmu".
"Jika ada pasukan khalifah. Katakan kepada khalifahmu mengapa hanya peduli kepada rakyat muslim Tabrastan yang terenggut keadilannya. Apakah gadis ini bukan rakyatmu, yang terenggut kebebasannya, yang dirampas hak kemanusiaannya sepulang salat subuh. Bukankah ini penghinaan atas kebesan beribadah?" Aku melanjutkan, "Jika ada pasukan khalifah, katakan kepada khalifahmu mengapa hanya peduli penumpasan pemberontakan Ad-Dhakil di Andalusia, yang nyata-nyata menebar keadilan di tengah-tengah rakyatnya. Apakah gadis ini bukan rakyatmu, yang keadilan tak lagi menyapa."
Dia tidak berhenti berteriak walau setiap kali berteriak dia akan mendapatkan beberapa cambukan di tubuhnya.
Yang Menyejukan Hati Sang Khalifah "Ummu Musa (Khaizaran)
Hingga datanglah seorang laki-laki yang datang dan bertanya tentang apakah benar dia perempuan yang bersumpah serapah kepada khalifah Al-Manshur, dengan sinis dan seperti mengejek Khaizaran menjawab pertanyaan lelaki tersebut lalu dibelilah Khaizaran dan laki-laki itu berkata
Aku akan membawamu kepada khalifah Al-Manshur dan ejeklah dia sesuka hatimu." Dia tersenyum
Dan dibawalah Khaizaran ke rumah laki-laki tersebut. singkat cerita ternyata laki-laki tersebut ialah Sayyid Al-Mahdi anak dari orang yang dia ejek dan cibir tentang kekhalifahan yang dijalankannya, iya benar dia anak dari seorang khalifah Al-Manshur. Segala keperluan Sayyid Al-Mahdi mulai diurusi oleh Khaizaran pertama kali saat melayani Sayyid Al-Mahdi, Khaizaran ditanya apakah bisa membaca karena mata Khaizaran tak lepas dari lembaran yang sedang dibaca oleh Sayyid Al-Mahdi. Dengan tidak canggungnya Khaizaran menceritakan apa yang dia pikirkan dari lembaran-lembaran yang dibacanya. Kecerdasan dalam menjawab pertanyaan - pertanyaan sang Sayyid tentang perpolitikan islam dalam pemenrintahan nampaknya membuat keserasian diantara keduanya.
Dan kepintarannya telah memikat hati Sang Sayyid hingga akhirnya Khaizaran hamil dan mempunyai 4 anak yang bernama Harun,Musa, Yaqutah dan Isa, kedua Khalifah yang namanya tercatat dalam sejarah pemerintahan islam Harun dan Musa, anak yang lahir dari seorang Khaizaran
Perempuan Yang Dahaga Ilmu KarenaNya
Setelah melahirkan putra kedua Ummu Musa dan Sayyid Al-Mahdi pindah ke Baghdad ke tempat dimana khilafah Al-Manshur berada. Ternyata kedatangan keduanya disana menjadi awal mulanya cerita para calon khalifah selanjutnya dididik.
Amanah yang dipegang oleh Sayyid Al-Mahdi mengharuskannya meninggalkan Khaizaran di istana yang baru ditempatinya itu. sebelum pergi ke Khurasan Al-Mahdi berwasiat
"Jangan mendengar gunjingan kerabat wanita Bani Abbasiyah, hanya arahkan kepedulian pada ilmu, hanya kepada ilmu, itu saja, hanya ilmu."
Kecerdasan Ummu Musa itu tak dibiarkan terhenti oleh Sang Sayyid bahkan setelah menikah dan mempunyai 2 anak Sayyid Al-Mahdi memintanya untuk tetap menuntut ilmu mencari guru yang bisa membuka pikirannya tentang pemerintahan islam serta ilmu-ilmu yang ingin Ummu Musa tahu.
Di Yaman pun Ummu Musa sering mengikuti majlis salah satunya sang ahli tafsir Syek Mu'ammir lalu juga belajar tentang Al-Qur'an kepada Sayyidah Muthiah dan sepeninggal suaminya pergi menuntaskan amanahnya Ummu Musa berguru pada seorang tahanan di dalam penjara yaitu Imam Abu Hanifah, Sungguh walaupun di jeruji besi ilmu itu tidka akan pernah terhenti hanya karena terpenjara. Imam Abu Hanifah sendiri dipenjara karena menolak tawaran dari Khalifah Al-Manshur untuk menjadi hakim, dan itu dianggap pembangkangan atas ketetapan dan perintah dari sang khilafah. Imam Abu Hanifah memberikan pelajaran di setiap selesai shalat subuh dan sebelum dzuhur , Ummu Musa pun tak melewatkan setiap kesempatannya untuk menerima pembelajaran dari Imam Abu Hanifah sekalipun Ummu Musa harus membawa Harus dan Musa ke dalam majelis yang berada dalam penjara tersebut.
Wanita Teristimewa Itu Pernah Cemburu
Wasiat Sayyid Al-Mahdi makin jelas maknanya ketika seorang wanita yang bernama Raithah muncul dan mengakui bahwa dirinya adalah istri sah dari Sayyid Al-Mahdi, akan tetapi Raithah ternyata belum mempunyai anak dari Sayyid Al-Mahdi kala itu, hingga pantas saja bila Ummu Musa dicaci dan dimaki olehnya mungkin karena rasa cemburu ketika Sayyid Al-Mahdi lebih banyak menghabiskan waktu bersama Ummu Musa di Mekah hingga melahirkan 2 anak yang belum bisa dia berikan waktu itu.
Dengan seringnya sikap sinis Raithah kepada Ummu Musa seringkali menjadikannya bertanya dan menghujat dirinya hanya sebagai budak biasa yang bisa sesuka hati oleh tuannya perlakukan. Sampai akhirnya Al-Mahdi pun pulang dari mengemban tugasnya lalu menjadi terlihat sekali bahwa beginilah hati seorang wanita sekalipun wanita itu istimewa.
Aku menatap sekeliling, Sayyidah Fatimah tak di sana. Tatkala kulihat Raithah berhasil mendekati Al-Mahdi, api cemburu membakarku. Aku pergi saja dari ruangan itu, kucari Sayyidah Fatimah. Kini beliau telah dapat melupakan kesedihan ditinggal Imam Abu Hanifah. Melihat hadirku dengan wajah suntuk dan mata tak berbinar, Sayyidah Fatimah hanya terkekeh.
"Pasti kau kalah bersaingan dengan Raithah. Jangan menjauh dari apa yang kau inginkan. Saat kau cemburu kepadanya, mendekatlah. Jika kau pergi, mungkin dia akan makin menjauh meski itu bukan keinginannya. Ada yang lain yang siap mengelilinginya, bahkan memperdainya dengan ribuan rayuan."
"Aku ingin dicinta dan dikejar olehnya." Mulutku bersungut-sungut.
"Tidak demikian. Kau yang selalu harus mengikatnya. Ikatlah dengan hati, sentuhan dan, ilmu. Dia lelaki tak berdaya yang henya mengurus masalah gejolak-gejolak di antara sudut terdalam hatinya. Urusan kaum muslimin lebih penting daripada mengurus kecemburuanmu. sekali lagi ikatlah dia dengan filosofi karet jika memungkinkan. Buat dia kembali padamu dengan banyak persoalan. Jangan biarkan wanita-wanita yang enggan berilmu yang justru mencengkaramnya." perkataan Sayyidah Fatimah kepada Ummu Musa.
Madrasah Pertama Untuk Harun dan Musa
Dalam sirah tercatalah pernah ada nama mereka yaitu Harun dan Musa sepeninggal dari Sayyid Al-Mahdi yang telah wafat, estafet kekuasaan pemerintahan jatuh kepada Harun dan Musa sebagai putra mahkota, tak dipungkiri bahwa persaingan diantara keduanya membuat Ummu Musa khawatir akan ada pertumpahan darah apalagi ketika kekuasaan dipegang oleh Musa, maka terdengarlah kabar bahwa Musa akan membunuh Harun, hiingga timbulah niat Ummu Musa untuk membunuh Harun yang dianggap sudah bisa diberi amanah dan demi kepentingan umat. Ummu Musa takkan membiarkan siapapun untuk membunuh Harun karena dimata Ummu Musa kepemimpinan Harun dimasa mendatang sangat dibutuhkan umat walaupun keduanya adalah anak yang tentu sangat disayanginya.
Tapi terlepas dari perebutan kekuasaan, kedua khalifah yang dibesarkannya benar-benar bisa dikatakan berilmu di bawah asuhannya, selain menjadikan keduanya sebagai penghafal Al-Qur'an di usia belia lalu langkah Ummu Musa yang mencarikan guru-guru terbaik untuk belajar menuntut ilmu dan tentu sebagai seorang ibu ,Ummu Musa ikut serta dalam mendidik mereka, bahkan terlihat sekali pemikiran Ummu Musa yang cemerlang membuat pengaruh yang besar akan setiap keputusan yang ditentukan akan kebijakan pemerintahan semenjak dahulu semasa masih hidup bersama Sayyid Al-Mahdi sebelum wafatnya,bahkan Harun mengukir kecemerlangan dalam sejarah kepemimpinannya menggantikan Musa yang ternyata wafat mendahuluinya karena sakit.
Wafatnya Sang Budak Menjadi First Lady
Kewafatan Ummu Musa di tahun 173 Hijriah, dimana kekuasaan telah berpindah kepada Harun setelah wafatnya Musa. dan sebelum Ummu Musa meninggal, Harun sempat diamanahi untuk merawat rumah Arqam ibnu Abi Arqam agar tetap menjadi cahaya Al-Qur'an. Serta berpesan
"Selalu berpeganglah pada kata-kata sakti yang kita miliki tentang kekuasaan: kekuasaan bukan tujuan, tetapi cara untuk menunaikan amanah mulia kepemimpinan."
Dan pesan berikutnya yaitu agar Ibrahim, putra A-Mahdi dari Syakillah, Budak perempuan yang dibawa Sayyid Al-Mahdi ketika kembali dari mengemban amanah diberi tampuk kekuasaan lebih lama dibanding kekuasaan yang akan diberikan kepada cucu Ummu Musa anak dari Harun yaitu Muhammad Al-Amin dan Abdullah Al-makmun pada masa pemerintahan berikutnya, lalu mempertimbangkan Al-Ghitrif diangkat menjadi pemimpin Yaman.
Pustaka :
Bent Soe Hisani.2011.Mutiara Bumi Saba. Solo:Tinta Medina
Langganan:
Posting Komentar
(
Atom
)
Tidak ada komentar :
Posting Komentar