Home » Unlabelled » Muhammad Abduh

Minggu, 03 Juli 2011

Muhammad Abduh

Oleh Blog Of Friendship Waktu 16.03.00
Bagikan di Google+



Orang besar tumbuh karena dua unsur pokok: persiapan nya yang naluri atau dengan perkataan lain, wataknya yang diwarisi dan keadaan sekitar di mana ia hidup. Orang seperti pohon, yang baik pasti tumbuh dari biji yang baik dan mendapatkan tanah, udara dan air yang cocok untuknya. Apabila bijinya itu jelek maka kecil kemungkinan pohon itu untuk baik.


Muhammad Abduh adalah pembaharu (modernis) dalam dunia Islam, ide dan pemikirannya mencakup dalam berbagai bidang, pemikiran Abduh meliputi; segi politik, dan kebangsaan, sosial kemasyarakatan, pendidikan, serta tentang akidah dan keyakinan. Walaupun pemikirannya mencakup berbagai segi, namun bila diteliti dalam menggagas ide-ide pembaharuannya, Abduh lebih menitik beratkan(concert) pada bidang pendidikan.


Muhammad Abduh sangat terpengaruh oleh pemikiran gurunya Jamaluddin Al-Afghani, bagi Abduh, Jamaluddin Al-Afgani adalah orang yang telah membukakan dunia Islam di hadapannya, beserta poblema yang di hadapinya di zaman modern. Selain itu Abduh juga di kenal sebagai tokoh yang gigih memerangi segala bentuk khurafat, ia mengajak umat agar memurnikan akidah Islam.


Kajian berikut berikut ini akan difokuskan pada pemikirannya tentang tiga masalah teologi, yaitu perbuatan manusia, qada dan qadar dan sifat-sifat Tuhan.


1. Biografi Muhammad Abduh


Nama lengkapnya adalah Muhammad Abduh Ibn Hasan Khair Allah, lahir di Mesir pada tahun 1849, ia terlahir dalam lingkungan keluarga petani yang hidup sederhana, taat dan cinta ilmu pengetahuan. Ayahnya bernama Abduh Ibn Hasan Khair allah, orang tuanya berasal dari kota Mahallat Nashr. Masa pendidikannya di mulai dengan pelajaran dasar membaca dan menulis yang didapatkannya dari orang tuanya sendiri. Kemudian sebagai pelajaran lanjutan ia belajar al-Qur’an pada seorang hafizh. Berkat otaknya yang cemerlang, maka dalam waktu dua tahun ia telah hafal al-Qur’an seluruhnya. Pendidikan selanjutnya ditempuhnya di Thanta, di sebuah lembaga pendidikan Mesjid Ahmadi. Di tempat ini ia mengikuti pelajaran yang diberikan dengan rasa tidak puas.


Akhirnya ia melanjutkan pada Perguruan Tinggi Islam “Al-Azhar” di Kairo. Ia menamatkan kuliahnya pada tahun 1877, dengan hasil yang baik. Pada tahun 1869, datang ke Mesir seorang alim besar. Said Jamaluddin al-Afghani, terkenal dalam dunia Islam sebagai mujahid (pejuang), mujaddid (pembaharu, reformer) dan ulama yang sangat alim. Ketika itu Muhammad Abduh sedang menjadi mahasiswa pada al-Azhar, Muhammad Abduh bertemu dengan said Jamaluddin untuk pertama kalinya. Ketika datang kerumahnya bersama-sama dengan Syekh Hasan at-Tawil, di mana dalam pertemuan itu mereka berdiskusi tentang ilmu tasawuf dan tafsir.


Sejak itulah Abduh tertarik kepada Said Jamaluddin, oleh ilmunya yang dalam dan cara berpikirnya yang modern. Dan ketika Al-afghani datang di tahun 1871, untuk menetap di mesir, Muhammad Abduh menjadi muridnya yang paling setia. Ia mulai belajar belajar filsafat di bawah pimpinan Al-afghani. Di masa ini ia telah mulai menulis karangan-karangan untuk harian Al-ahram. Dari perjalanan pengalaman yang diperoleh, mendorong Abduh  memilih bidang pendidikan sebagai media pengabdian ilmunya dan sekaligus menjadikan pendidikan sebagai tempatnya melontarkan ide-ide pembaharuannya. Dalam melihat dinamika dan wacana yang digagasnya, terlihat demikian jelas pengaruh Jamaluddin al-Afghani terhadap pemikiran pembaharuan Muhammad Abduh.


Dinamika ide-ide pembaharuannya yang demikian dinamis seringkali bertentangan dengan kebijakan penguasa pada waktu itu. Untuk itu, dalam menghembuskan ide-idenya, acapkali Abduh harus berhadapan dengan berbagai fitnah yang mengakibatkan ia dihukum. Diantara konsekusnsi ini dapat dilihat dari kebijakan pemerintah yang menangkap dan membuangnya ke luar negeri karena diindikasinya penguasa waktu itu sebagai salah satu tokoh yang ikut dalam revolusi Urabi Pasya pada tahun 1822. Pada tahun 1884, ia diminta oleh al-Afghani untuk datang ke Paris dan bersama-sama menerbitkan majalah al-Urwat al-Wustqa. Pada tahun 1885, ia pergi ke Beirut dan mengajar disana. Akhirnya, atas bantuan temannya diantaranya seorang Inggris, pada tahun 1888 kemudian ia di izinkan pulang ke Kairo.


Kesan keterlibatan Abduh dalam pemberontakan Urabi Pasya tampaknya belum terhapus di hati  Khedewi Tawfik sebagai peguasa Mesir saat itu. Permohonan Abduh untuk agar di izinkan  mengajar di Daral- ‘Ulum ditolaknya. Sebaliknya ia menawarkan kepada Muhammad Abduh jabatan yang dianggapnya bukan sarana yang ampuh bagi Abduh untuk menyebarkan pemikiran politiknya. Jabatan yang ditawarkan adalah hakim diluar kota Kairo, sebenarnya ia tidak menyenangi jabatan tersebut, akan tetapi karena ia melihat tidak ada jalan lain yang lebih baik selain menerima jabatan tersebut, maka jabatan tersebut diterimanya juga dan dimanfaatkan untuk merealisasikan cita-cita pembaharuannya. Ia menjabat jabatan hakim di kota Benha dan beberapa kota lain di luar Kairo  dan kemudian sebagai penasihat pada Mahkamah Tinggi di Kairo. Di tahun 1894, ia diangkat menjadi anggota Majlis A’la dari Al-azhar. Sebagai anggota dari Majlis ini ia membawa perubahan-perubahan dan perbaikan ke dalam tubuh Al-azhar sebagai Universitas. Di tahun 1899, ia diangkat menjadi Mufti Mesir. Kedudukan tinggi ini dipegangnya sampai ia meninggal dunia di tahun 1905.


2. Pemikiran Muhammad Abduh dalam Teologi.


Teologi, sebagaimana diketahui, membahas ajaran-ajaran dasar dari suatu agama. Dalam istilah arab ajaran-ajaran dasar itu disebut Usul al-din. Teologi (ilmu tauhid) dalam pendapat Abduh adalah ilmu yang membahas tentang wujud Allah, sifat-sifatnya dan soal kenabian. Definisi ini sebenarnya kurang lengkap. Alam ini adalah ciptaan Tuhan, dan oleh karena itu, teologi di samping hal-hal di atas, juga membahas hubungan Tuhan dengan makhluk-Nya.[7]


Kajian berikut ini akan di fokuskan pada pemikirannya pada tiga masalah teologi yaitu; perbuatan manusia, qada dan qadar, sifat-sifat Tuhan.




  1. a. Perbuatan Manusia.


Pandangan Muhammad Abduh tentang perbuatan manusia bertolak dari satu deduksi bahwa manusia adalah makhluk yang bebas dalam memilih perbuatannya, menurutnya ada tiga unsur yang mendukung suatu perbuatan yaitu akal, kemauan dan daya. Ketiganya merupakan cipataan Tuhan bagi manusia yang dapat dipergunakannya dengan bebas, akal dan kebebasan memilih adalah natur manusia yang merupakan dua keistimewaan yang dimiliki manusia yang tidak terdapat pada makhluk lainnya. Kalau salah satu dari keduanya hilang, kata Muhammad Abduh, maka ia tidak lagi bernama manusia.


Manusia dengan akalnya mempertimbangkan akibat perbuatan yang akan dilakukannya, kemudian mengambil keputusan dengan kemauannya sendiri dan selanjutnya mewujudkan perbuatan itu dengan daya yang ada dalam dirinya. Jelas bagi Muhammad Abduh manusia secara alami mempunyai kebebasan dalam menentukan kemauan dan perbuatan. Akan tetapi kebebasan yang dimaksudkan Muhammad Abduh bukanlah kebebasan tanpa batas atau kebebasan yang bersifat absolut. Dalam Tafsir Al-Manar, ia menjelaskan bahwa manusia, sungguhpun berbuat atas kemauan dan pilihannya sendiri, tidaklah sempurna daya, kemauan ssdan pengetahuannya. Kebebasan manusia mempunyai batas-batasnya.


Seseorang, umpamanya, ingin menyenangkan hati temannya, tetapi yang terjadi malah sebaliknya ia membuat temannya marah  atau seseorang yang ingin mencapai suatu tujuan tetapi tidak dapat mencapainya. Sebab-sebab kegagalan ini menurutnya terletak pada diri manusia sendiri. “Dalam kasus-kasus demikian manusialah yang harus disalahkan, karena ia tidak memperhatikan langkah-langkahnya dengan baik”. Jadi kebebasan manusia dalam kemauan dan perbuatan dibatasi oleh perhitungannya sendiri.s


Gambaran yang kedua yang membatasi kebebasan manusia adalah  sebab-sebab alami berupa kekuatan alam yang tidak dapat dikuasai manusia, kejadian-kejadian alami ini berlaku sesuai dengan Sunnah Allah, hukum alam yang diciptakan sesuai dengan pengetahuan dan kehendak-Nya. Sebagai umpama ia menyebutkan badai yang menenggelamkan barang dagangan seseorang, petir yang mematikan ternaknya, dan meninggal atau dipecatnya seseorang yang diharap dapat membantunya. Keterbatasan manusia disini datang dalam bentuk kejadian-kejadian alam  yang tidak diduga-duga.


Ia menjelaskan bahwa kekuatan-kekuatan alam yang membatasi kemauan dan kekuasaan manusia, membuat manusia sadar bahwa di alam ini terdapat sesuatu kekuatan yang lebih tinggi, yang tidak dapat ditandingi oleh manusia. Selanjutnya manusia sadar bahwa seluruh kejadian alam ini tergantung suatu wujud yang mesti ada yang mengatur segala-galanya sesuai dengan pengetahuan dan kehendak-Nya. Jelaslah bahwa walapun manusia mempunyai kebebasan dalam memilih dan kemauan dalam melakukan perbuatannya akan tetapi kebebasannya tidak absolut.[9]




  1. b. Qada dan Qadar.


Qada dan Qadar menurut Muhammad Abduh termasuk salah satu di antara pokok-pokok akidah dalam agama. Ia harus diberi pengertian yang benar, karena akidah bertempat di hati ia akan terpantul dalam sikap dan perbuatan. Keyakinan terhadap qada dan qadar yang menyimpang, kata Muhammad Abduh, telah membawa kehancuran dalam sejarah umat Islam. Munculnya pernyataan demikian kelihatannya dilatar belakangi oleh akidah yang umumnya dianut umat Islam ketika itu. Selain itu juga untuk membela Islam dari penafsiran yang salah yang dilakukan oleh G. Hanataux, Menteri Luar Negeri Perancis ketika itu. Ia menuduh i’tikad Jabariah yang mendorong umat Islam untuk bersikap pasif dengan meyakini bahwa semuanya telah ditentukan Tuhan dan manusia tidak mempunyai bagian dalam perbuatannya. Dalam rangka meluruskan pendapat-pendapat yang salah itulah Muhammad Abduh mengemukakan konsep qada dan qadar.


Qada dan qadar dalam pandangannya mempunyai pemikiran yang berbeda yang umumnya dianut oleh umat Islam masanya. Qada menurut pendapatnya berarti “Kaitan ilmu Tuhan dengan sesuatu yang diketahuinya”. Sedang qadar adalah terjadinya sesuatu sesuai dengan ilmu Tuhan”. Jadi ilmu atau pengetahuan Tuhan merupakan inti pengertian yang terkandung dalam qada dan qadar. Apa yang diketahui oleh Tuhan pasti akan sesuai dengan kenyataan, dan mustahil bisa disebut sebagai sesuatu yang diketahui tapi tidak sesuai dengan kenyataan.


Dengan demikian tidak ada satu pun yang terjadi di alam ini  yang berada di luar pengetahuan Tuhan, tetapi semuanya berada dalam jangkauan ilmu-Nya, termasuklah di dalamnya apa yang dipilih manusia dengan kebebasan yang diberikan Tuhan kepadanya. Arti qada dan qadar yang demikian tidak menunjukan adanya paksaan untuk melakukan sesuatu perbuatan. Karena Tuhan hanya mengetahui apa yang dilakukan oleh manusia, bukan menetapkan apa yang harus dilakukan oleh manusia.


Dari itu manusia melakukan pilihannya dengan bebas, dan apa pun perbuatan yang dipih dan dilakukan manusia, Tuhan telah lebih dulu mengetahuinya. Jadi, peran Tuhan dalam hal ini adalah pengetahuan, dan peran tersebut tidak menghalangi manusia dalam memilih perbuatannya.




  1. c. Sifat-sifat Tuhan


Dalam penelitiannya terhadap pendapat Muhammad Abduh, terutama melalui buku-buku Hashiat ‘ala al-Syarh al-Dawwani lil al-‘Aqaid al-‘Adudiyyat, Harun Nasution berkesimpulan, bahwa Muhammad Abduh dapat digolongkan ke dalam kelompok nafy al-shifat (meniadakan sifat-sifat tuhan). Kesimpulan tersebut tampaknya bukan didasarkan pada keterangan yang tegas yang dikemukakan Abduh dalam bukunya tersebut, tetapi dari kritik yang dilemparkan kepada pendapat para mutakallimin, antara lain al-‘Asyari sebagai musbit al-sifat. Di samping itu penegasan atau keterangan yang bersifat menopang pendapat para filosof yang pada umumnya meniadakan sifat-sifat Tuhan.


Menurut Abduh, kalau Tuhan masih memerlukan sesuatu diluar zat-Nya yaitu sifat, berarti terdapat sesuatu yang lebih tinggi dari zat Tuhan. Hal ini menunjukan ketidak sempurnaan-Nya.


Berdasarkan penjelasan di atas pendapat-pendapatnya mempunyai persamaan dengan pendapat-pendapat Mu’tazillah. Dalam bukunya Harun Nasution menjelasan berbagai pendapat tentang Muhammad Abduh apakah ia termasuk Mu’tazillah atau tidak. Ada pendapat yang mengatakan bahwa seorang Mu’tazillah orang yang mempunyai paham Qadariah, paham kebebasan manusia dalam kemauan dan perbuatan. Dalam pengertian demikian Muhammad Abduh adalah Mu’tazillah


Pendapat lain mengatakan bahwa yang disebut Mu’tazillah adalah orang yang mempunyai paham peniadaan sifat Tuhan. Jika ini yang dimaksud maka Muhammad Abduh adalah pula seorang Mu’tazillah. Tetapi definisi tersebut adalah definisi –definisi yang diberikan orang-orang yang bukan Mu’tazillah. Dari kalangan Mu’tazillah sendiri sebagaimna dijelaskan Al-Khayyat, orang yang berhak menjadi Mu’tazillah adalah orang yang percaya pada lima dasar Mu’tazillah. Dari lima dasar ini, ada ajaran yang tidak dianut oleh Muhammad Abduh. Dengan demikian, Muhammad Abduh, dalam pendapat Mu’tazillah bukannlah seorang Mu’tazillah.


Kembali kepada masalah tersebut ia bukanlah seorang Mu’tazilah bukan pula Asy’ariah. Maka manusia dalam pendapatnya bukanlah manusia yang pasif, tetapi manusia yang dinamis yang mempunyai ruang berpikir luas. Dan pemikiran-pemikiran pembaharuannya bercorak dinamis dan dasar pemikiran atau teologinya dapat membawa umat Islam kepada kemajuan di zaman ilmu pengetahuan dan tehnologi modern ini


(ini adalah salah satu makalah saya di PASCASARJANA IAIN ACEH, repost ulang dengan sedikit pengeditan, semoga bermaanfaat dan kita bisa mengenal tokoh-tokoh islam serta corak pemikiran mereka)










Referensi :

 

Mukti ali, Alam Pemikiran Islam Modern di Timur Tengah, Jakarta: Djambatan, 1995.

Ramayulis dan Syamsul Rizal, Ensiklopedi Tokoh Pendidikan Islam, Jakarta: Quantum Teaching, 2005.

Harun Nasution, Pembaharuan dalam Islam, Jakarta: Bulan Bintang, 1996.

Arbiah Lubis, Pemikiran Muhammdiyah dan Muhammad Abduh, Jakarta: Bulan Bintang, 1993.

Harun Nasution, Teologi Islam, Jakarta: UI Press, 1985.


No similar templates

⇦ ⇨

Tidak ada komentar :

Posting Komentar

Langganan: Posting Komentar ( Atom )

Tulisan Terpopuler

  • 15 hari nge-blog
    Hari ini... Yaahhh hari ini, hari ini tanggal berapa? eh!! Jangan di close dlu lah gan :-D cuman basa basi doang heheh... Hari ini tanggal 3...
  • Aspek Perkembangan Perilaku Dan Pribadi
    PERKEMBANGAN PERILAKU SOSIAL, MORALITAS, DAN KEAGAMAAN A. Perkembangan Perilaku Sosial Secara potensial (fitriah) manusia dilahirkan sebag...
  • Muhammad Abduh
    Orang besar tumbuh karena dua unsur pokok: persiapan nya yang naluri atau dengan perkataan lain, wataknya yang diwarisi dan keadaan sekitar ...
  • Logo Bloofers
    Assalamu'alaikum Sobat Bloofers.. ^_^ Logo Bloofers adalah "sesuatu" yang menjadi identitas spesial blog kita, karena dengan...
  • Sejarah Singkat Bloofers
    Bloof merupakan suatu komunitas yang terdiri dari kumpulan para blogger hebat yang ada di seluruh Indonesia, mulai dari blogger junior hing...
  • Hoodie Blog Of Friendship
    Hoodie Bloofers Hai Sobat Bloofers.. ^_^ Setelah 2 tahun lalu kita bangga dengan  peluncuran kaos kebersamaan Bloofers. Kini, de...
  • Klaim
    Sedikit nasihat yang pernah kami peroleh dari seorang sahabat, dimana ketika kita benar-benar meresapi kalimatnya sungguh malu sekali diri ...
  • Ada kalanya
    Adakala lapar adakalanya kenyang, adakala kepanasan adakalanya kedinginan, adakala penuh dengan keramaian adakalanya juga sendiri kesepian....
  • Menyelami Mutiara Bumi Saba
      Budak Dari Yaman "Khaizaran" Khaizaran namanya, gadis Yaman yang diculik seusai menunaikan shalat subuh di masjid....
  • Sekali Serasa Dua Kali
    Jika kita membuat seseorang bahagia hari ini, kita juga membuat dia berbahagia sepuluh atau dua puluh tahun lagi saat ia mengenang peristiw...

Komentar Sahabat

Mei 28 Jaey Borneo @ berkali kali hujan: “Masih dong.. anak papa bandy👍”
April 24 celotehnur54 @ sendal jepit: “Wow .... Postingannya lama sekali.”
Juli 27 kestrel @ berkali kali hujan: “Hujan dan anjin, kilat dan guruh, tumbuhun dapat air dan hidup satu hari lagi. ”
Juli 05 Agus Warteg @ berkali kali hujan: “Jika hujan masih terasa membebani. Bagaimana kabar rasa percaya mu.Tapi disini kalo hujan deras satu jam saja langsung…”
Juni 29 celotehnur54 @ berkali kali hujan: “Hujan masalah, mendidik manusia jadi kreatif.”
Okt 03 Anonymous @ klaim: “Halo Mas Taufik :) Ini 2021 dan entah apa komenan akan berbalas atau tidak :)) tapi pengen komen banget”
Ags 20 Anonymous @ kuliner pontianak: “Hai Gan... Artikel Yang Sangat Bagus dan Memberikan Informasi Yang Bermanfaat..^^Terima Kasih^^Dan Mohon Untuk Izin…”
Juli 15 Bukan Aku @ sendal jepit: “sandal favorit dan ternyaman sepanjang jalan”
Maret 17 Valkrie @ sendal jepit: “Open Trip Ke Pulau PahawangOpen Trip Ke Pulau PahawangOpen Trip Ke Pulau PahawangOpen Trip Ke Pulau PahawangOpen Trip…”
Juni 05 Andi AF Studio @ berkali kali hujan: “masih dong..”
Mei 14 arya.poetra @ logo bloofers: “Waaah.. ada tipe Cihuy nya ternyata. Udah saya pasang. Keren lah. :D”
Okt 28 Aan Sopiyan @ sendal jepit: “Halo, sendal. Lama tak menapakkan jejak!”
Okt 26 Andi AF Studio @ sendal jepit: “ini sendal warisan turun temurun dari kakek buyut”
Des 09 Anonymous @ klaim: “Nyimak gannnnnnnnnnn??”
Nop 15 Anonymous @ klaim: “Klaim saja yang menjadi hak namun tetapi klai yang lebih baik adalah menjadi hamba Allah sejati...”
Okt 13 Brokolisz @ klaim: “suka.. :)”
Sep 19 Anonymous @ kuliner pontianak: “Pontianak merupakan salah satu daerah yang pernah saya singgahi. disana banyak sekali makanan yang sangat enak dan…”
Ags 01 Latifah Ratih @ pagi bersama bloofers: “Dan Kami (Aku, Kak Iswahyuni & Adi), belum masuk di foto dan Postingan diatas >_<”
Ags 01 Latifah Ratih @ hoodie blog of friendship: “Tadinya Aku tiba2 merasakan sebuah rasa yang sulit aku jelaska saat nama CP. Mrs.Aisa.Tapi harus ngakak mendadak saat…”
Ags 01 Latifah Ratih @ si kuning dan si lebah: “Bagus, Tp Fokusnya masih kurang yah, hehe”
Blog Review Bloofers Book Review Buku Catatan Catatan Bloofers Curhat Event Fikmin Hoodie Bloofers Informasi Kisah Kopdar Bloofers KopDarNas Perdana Kuliner Motivasi Musik Opini Pengumuman Persahabatan Photo Profil Puisi Renungan Resensi Buku Resensi Film Travelling Tutorial Widget

Blog Of Friendship © 2013