Senin, 10 Oktober 2011
KETIKA HATI DEMONSTRASI
Bagikan di Google+
Aku sedih
Tak dianggap sama sekali
Ku lakukan demonstrasi ini
Karena aku sungguh tak tahan lagi
Namun, namaku seringkali berkonotasi positif, dan aku terima, karena birahi sebenarnya bukanlah bagian dari hati. Birahi timbul karena ada dorongan dari luar sementara nurani ada di dalam dan dia bersamaku di sini. Oleh karenanya penggunaan kata hati sebenarnya sama saja dengan penggunaan kata nurani.
Adapun demonstrasi ini ku lakukan agar manusia sebagai khalifahsenantiasa berlaku adil. Aku cemburu dan merasa didiskriminasi dalam hal ini. Betapa tidak, mereka telah menafikan kulitas dan integritas merupakan tolak ukur dalam penempatan posisi agar tidak salah fungsi. Mereka seolah telah melakukan kontrak politik terhadap tangan, kaki dan yang lainnya untuk memperkecil peranku. Padahal pertama kali organisasi ini (manusia) terbentuk telah berjanji bahwa apapun yang terjadi mestilah dalam rangka meng-Esakan Ilahi Rabbi, bukan yang lain.
Aku dikucilkan, dimanfa’atkan (dalam arti yang salah) dan aku telah diperdaya. Sehingga dalam keinginan birahi, mulut mengatasnamakan diriku agar donatur (syaithan) merasa jasanya terbalas oleh mulut. Tidak hanya mulut, tangan ikutan juga dan memamerkan bunga mawar dan menjadikannya lambang diriku, padahal aku tidak berduri sementara mawar itu melukai. Dan tidak berhenti di sini, kini aku sendiri dipaksa untuk bernyanyi, mutiara hati telah dieksploitasi dan disulap menjadi puisi, lagi-lagi demi birahi. aku dibelah dua layaknya telinga yang terpisah dua, aku pun kian lemah untuk melawan dan memilih pasrah dengan satu bahagian yang lemah. Dan ini lagi-lagi tidak adil, aku tidak lagi utuh dalam diri majikanku.
Adapun hak-hakku yang terampas sangatlah banyak oleh manusia yang dhzalim ini. Dalam perdebatan misalnya, setidaknya aku telah dikhianati karena inginku adalah kebenaran sejati, bukan pembelaan diri. Oleh karenanya saat percek-cokan terjadi itu adalah birahi, dan birahi itu jahat, sementara kejahatan akan berimbas pada kecelakaan. Ku tegaskan bahwa itu bukanlah aku, karena aku adalah hati dan damai adalah niat suci yang ku kehendaki.
Wajar tuntunan ini ku ajukan, dan ini sama sekali tidak berlebihan. Di saat mata hanya bisa melihat maka aku bisa melihat, mendengar, meraba, mencium dan merasa. Bahkan aku lebih tajam ketimbang fungsi panca indra yang tersebut tadi. Berlebihankah aku? Tidak, bahkan sebenarnya ini masih kurang bagi pemegang kendali. Ya, akulah hati, akulah nurani, hanya karena aku kebaikan akan terjadi. Bahkan bagi mereka yang mencari kebahagiaan jauh di luar sana. Mereka tidak akan menemukannya kecuali bila mereka kembali, kembali ke hati.
Langganan:
Posting Komentar
(
Atom
)
Tidak ada komentar :
Posting Komentar