Jumat, 14 Oktober 2011
Semalam di Pulau Pramuka
Indonesia terkenal dengan sebutan negara kepulauan karena sebagian wilayahnya dibatasi oleh sekat-sekat perairan yang disebut selat. Ada pulau besar berisi beberapa kabupaten/kota, ada pula pulau kecil yang hanya memuat satu wilayah seperti desa atau kecamatan. Bahkan ada pulau yang tak berpenghuni sama sekali. Sudah tahu kan di antara perairan Selat Sunda ada sebuah Kepulauan, yaitu Kepulauan Seribu. Mungkin orang-orang lebih tahu mengenai Pulau Bidadari, Tidung, Onrust dan semacamnya di sana. Tapi tahu kah kalian jika ibu kota Kabupaten Administratif itu ada di Pulau Pramuka??
Sekarang saya ingin bercerita sedikit mengenai hampir 2 hari 1 malam saya berada di Pulau Pramuka. Jadi begini ceritanya. Bulan Desember tahun kemarin kebetulan saya dan 7 orang panitia praktikum (teman sekelas di kampus) melakukan survey tempat sekaligus meminta perizinan ke Pemda Kab. Adm. Kep. Seribu untuk mengadakan audiensi serta penelitian di sana. Sebenarnya tidak ada niat untuk menginap di Pulau Pramuka. Maka kami semua tidak membawa baju ganti maupun peralatan hidup untuk di sana. Pukul 3 pagi kami pergi dari Jatinangor menuju Jakarta. Sempat kelimpungan saat berada di Jakarta, entah harus keluar lewat pintu tol mana. Akhirnya kami pun sampai di Ancol pukul 6 pagi. Kami sudah mempunyai janji dengan 2 orang Pemda di sana, kebetulan mereka adalah alumni kami di jurusan Ilmu Pemerintahan. Ternyata jadwal yang kami perkirakan hanya akan mampir sebentar di Pulau Pramuka dirombak habis-habisan. Jadi, jadwal kapal di sana adalah pukul 7 pagi dan 2 siang menggunakan kapal boat. Kami dengan terpaksa harus menginap di sana satu malam dengan berbekal seadanya. Tepat pukul 7 pagi kami berangkat menuju Pulau Pramuka menggunakan kapal boat milik Pemda. Gratis dan nyamaaaaan. Hahaha.. Ini pertama kalinya saya merasakan naik kapal boat melintas laut lepas, awalnya takut, tapi rasa ingin tahu dan berpetualang saya mengalahkan ketakutan ini. Cukup 1 jam perjalanan dari Ancol menuju Pulau Pramuka. Ombaknya kebetulan sedang tidak tinggi. Jadi aman-aman saja, pemandangannya Subhanallah indah sekali. Melewati beberapa pulau tak berpenghuni di sekitar sana.
Singkat cerita, kami pun menginap di sebuah mess milik Pemda. Karena kebanyakan anggota Pemda di sana bukan masyarakat Kep. Seribu. Jadi pada hari Senin mereka berangkat kerja, menginap di sana sampai Jum'at dan pulang kembali ke rumah masing-masing di hari Jum'at siang. Sungguh hal yang berbeda dari biasanya. Untuk mengisi waktu luang di sana, kami pun berjalan-jalan mengitari pulau yang luasnya tak seluas desa saya tinggal sekarang. Baru muter beberapa menit sudah beres. Kami mengunjungi penangkaran penyu dan bakau yang berada di sudut pulau. Suasana sangat hening, benar-benar laut tanpa ombak yang hening.
[caption id="" align="alignleft" width="236" caption="Snorlking"][/caption]
Sore harinya kami diajak untuk Snorkling gratisan (lagi) di depan Pulau Pramuka, meskipun bukan tempat snorkling tapi ini sudah cukup membuat kami bahagia. Menyelam di kedalaman yang tak seberapa, melihat isi laut dari dekat dan tak lupa bertemu bulu babi yang banyak sekali. Untung saja tidak sampai tersengat. Setelah puas snorkling sampai kedinginan acara kami lanjutkan dengan nongkrong di dermaga cinta depan Pulau. Tempat orang-orang menunggu kapal jika siang hari dan berubah fungsi menjadi tempat nongkrong serta sekedar mencari ikan-ikan kecil di sana. Angin lautnya kencang tiada tara. Dingin dan sepi. Cahaya-cahaya kecil di kejauhan sana seperti berkerlap kerlip dan itulah cahaya dari pulau lain. Karena merasa belum puas, kami pun mengitari kembali pulau, memotret suasana orang pulau melepas lelah bersama keluarga. Suasana yang saya rasakan sangat berbeda. Antar-warga seperti punya ikatan tersendiri, hangat. Di sana dari jam 7 pagi sampai 5 sore tidak ada listrik. Setelah itu pukul 5 sore sampai 7 pagi listrik dinyalakan oleh generator di belakang pulau.
[caption id="" align="alignright" width="236" caption="Kapal Penumpang"][/caption]
Kami pun harus pulang di keesokan harinya. Menggunakan kapal penumpang. Dengan tarif Rp. 30.000,-. Kami harus menempuh perjalanan selama hampir 2 jam lebih. Terombang ambing di laut lepas dengan kecepatan yang tak sedahsyat kapal boat. Fenomena yang saya tangkap saat di kapal menjadi pengalaman baru.
Awal perjalanan dengan kapal penumpang ini membuat saya mual, tapi lama-kelamaan menjadi biasa. Goncangannya itu loh yang membuat isi perut ini ikut bergoyang. Tanpa disediakan pelampung, masyarakat Pulau Pramuka maupun pulau-pulau lainnya yang menggunakan kapal penumpang tiap hari mengarungi lautan lepas dengan tenang. Inilah wajah lain Indonesia ku. Indah sekali. Bagaimana dengan petualangan kalian bloofers?
Tidak ada komentar :
Posting Komentar