Kamis, 19 Juli 2012
Live is After Three Minutes Part-1
Bagikan di Google+
Prolog
Putih, sejauh mata memandang pasti ku temukan. Aroma obat-obatan dimana-mana, banyak orang mondar-mandir, ramai tapi aku sepi di bangku menunggu resep yang ingin ku tebus. Sudah 3 minggu lamanya, sudah 3 kali aku datang ketempat ini. Membosankan sekali duduk disini, menunggu hingga namaku disebut dan pulang kerumah dengan bungkusan obat yang banyak dan bermacam-macam.
Pulang ke rumah aku harus menelan obat-obatan aneh ini. Tiap hari, 3 kali sehari dan rasanya sangat tak mengenakkan harus menelan banyak butir obat. Aku terkadang pura-pura lupa dengan keadaan yang mengharuskanku untuk bertemu obat-obatan ini setiap hari. Tapi orang rumah selalu mengingatkan, bahkan diluar rumah aku harus membawanya kemana-mana dan tak lupa meminumnya.
Ini dimulai dari 3 minggu lalu saat aku difonis menderita gegar otak, 3 hari setelah kejadian aku baru tau ternyata dampak 3 menit ketidak sadaranku berimbas pada otakku. Aku harus mempersiapkan diri 3 hari untuk berani ke rumah sakit dan ternyata aku harus menunggu hidupku yang tak lama lagi dan tak cukup bagiku.
Tak cukup untuk meraih cita-citaku, tak cukup untuk menikah dengan orang yang aku cintai dan tak cukup bagiku untuk menggumpulkan pahala agar dapat masuk surga. Surga, siapa yang tak ingin kesana setelah meninggalka dunia.
Saat berita itu di umumkan ke orang rumah, aku hanya bisa menunduk. Semuanya diam, lama sekali hingga beberapa hari. Sekarang mungkin mereka sudah bisa menerima, tapi aku tidak masih tak adil bagiku. Kejadian itu sangat cepat bagiku dan mengapa harus menorehkan luka bagiku, bagi orang sekitarku.
Obat ini harus ku tebus tiap minggu, harganya cukup mahal. Aku harus meminumnya, mau tak mau. masih banyak yang harus dilakukan agar bisa bertahan lama. Lama, apakah itu harapan????
Sebenarnya sekarang aku hanya ingin berharap satu hal, aku ingin orang disekitarku tidak menanggung kesedihan ini. Hidup ini terlalu sedih bagiku tapi tak perlu rasanya bila mereka harus bersama-sama menanggungnya. Makin sedih saja bila harus membagi kesedihan ini. Aku ingat pernah menuliskan status di FB "aku hanya ingin membagi kebahagiaan dalam hidupku" ternyata hanya kesedihan yang mendalam yang aku beri hingga akhir hidupku.
Hidup yang tuhan beri setelah 3 menit insiden itu sungguh berat. Sebenarnya harapan hidup yang dokter bilang buka lagi untukku tapi untuk orang disekitarku saja yang mengharapkan aku hidup. Harapan mereka bila memang itu bahagia bagi mereka maka akan jadi harapanku pula. Kini aku akan mencari hidup dan arti hidup yang diberi tuhan setelah 3 menit itu. Bukan bahagia lagi yang akan aku cari karena sepertinya arti hidup itu bukan hanya bahagia tapi sedih, derita juga bisa menjawab arti dari hidup.
ya 3 menit.. bersambung!
Putih, sejauh mata memandang pasti ku temukan. Aroma obat-obatan dimana-mana, banyak orang mondar-mandir, ramai tapi aku sepi di bangku menunggu resep yang ingin ku tebus. Sudah 3 minggu lamanya, sudah 3 kali aku datang ketempat ini. Membosankan sekali duduk disini, menunggu hingga namaku disebut dan pulang kerumah dengan bungkusan obat yang banyak dan bermacam-macam.
Pulang ke rumah aku harus menelan obat-obatan aneh ini. Tiap hari, 3 kali sehari dan rasanya sangat tak mengenakkan harus menelan banyak butir obat. Aku terkadang pura-pura lupa dengan keadaan yang mengharuskanku untuk bertemu obat-obatan ini setiap hari. Tapi orang rumah selalu mengingatkan, bahkan diluar rumah aku harus membawanya kemana-mana dan tak lupa meminumnya.
Ini dimulai dari 3 minggu lalu saat aku difonis menderita gegar otak, 3 hari setelah kejadian aku baru tau ternyata dampak 3 menit ketidak sadaranku berimbas pada otakku. Aku harus mempersiapkan diri 3 hari untuk berani ke rumah sakit dan ternyata aku harus menunggu hidupku yang tak lama lagi dan tak cukup bagiku.
Tak cukup untuk meraih cita-citaku, tak cukup untuk menikah dengan orang yang aku cintai dan tak cukup bagiku untuk menggumpulkan pahala agar dapat masuk surga. Surga, siapa yang tak ingin kesana setelah meninggalka dunia.
Saat berita itu di umumkan ke orang rumah, aku hanya bisa menunduk. Semuanya diam, lama sekali hingga beberapa hari. Sekarang mungkin mereka sudah bisa menerima, tapi aku tidak masih tak adil bagiku. Kejadian itu sangat cepat bagiku dan mengapa harus menorehkan luka bagiku, bagi orang sekitarku.
Obat ini harus ku tebus tiap minggu, harganya cukup mahal. Aku harus meminumnya, mau tak mau. masih banyak yang harus dilakukan agar bisa bertahan lama. Lama, apakah itu harapan????
Sebenarnya sekarang aku hanya ingin berharap satu hal, aku ingin orang disekitarku tidak menanggung kesedihan ini. Hidup ini terlalu sedih bagiku tapi tak perlu rasanya bila mereka harus bersama-sama menanggungnya. Makin sedih saja bila harus membagi kesedihan ini. Aku ingat pernah menuliskan status di FB "aku hanya ingin membagi kebahagiaan dalam hidupku" ternyata hanya kesedihan yang mendalam yang aku beri hingga akhir hidupku.
Hidup yang tuhan beri setelah 3 menit insiden itu sungguh berat. Sebenarnya harapan hidup yang dokter bilang buka lagi untukku tapi untuk orang disekitarku saja yang mengharapkan aku hidup. Harapan mereka bila memang itu bahagia bagi mereka maka akan jadi harapanku pula. Kini aku akan mencari hidup dan arti hidup yang diberi tuhan setelah 3 menit itu. Bukan bahagia lagi yang akan aku cari karena sepertinya arti hidup itu bukan hanya bahagia tapi sedih, derita juga bisa menjawab arti dari hidup.
ya 3 menit.. bersambung!
Langganan:
Posting Komentar
(
Atom
)
Tidak ada komentar :
Posting Komentar