Rabu, 29 Agustus 2012
Perkara Gadis Hujan
Bagikan di Google+
Mengapa hujan begitu menarik buatmu? Tanyaku padadamu. Atau bisa juga tanyaku pada hati, karena hatiku dan dirimu tak mudah kubedakan. Kemudian kau diam. Bagiku diam adalah jawaban yang paling tepat. Dengan begitu, ketertarikanmu pada hujan tidak ada dalam abjad, juga tak pantas untuk lisan. Mengapa terperangkap oleh hujan selalu romantis bagimu? Tanyaku padamu. Atau bisa juga tanyaku pada beberapa memori, karena beberapa memoriku dan dirimu sulit kubedakan. Kemudian kau tersenyum. Bagiku senyuman adalah jawaban yang tepat. Dengan begitu raut ketertarikanmu pada hujan tidak dijumpai pada kesedihan.Mengapa dirimu dan hujan sulit kubedakan? Tanyaku padamu. Atau bisa juga tanyaku pada akselerasi, akselerasi dan dirimu sulit kubedakan. Kemudian kau tertawa. Bagiku tawa adalah jawaban yang tepat. Dengan begitu, dirimu dan hujan adalah kelucuan yang luar biasa.
Pertanyaanku habis, kemudian kau diam. Bagiku diam adalah jawaban. Tapi mengapa kau menjawab sementara pertanyaanku tiada? Rupanya, kau adalah jawaban pada apa yang belum sempat dipertanyakan tentang hujan, tentang kekhasan, tentang menyukai sesuatu, kemudian memaknainya, boleh lewat kisah.Tentang Matar, kau berbeda. Meski satu makna, fungsimu tak sama. Matar menyegarkan, kau meneduhkan.Namun, melalui Matar aku memaknai hujan sebagai surat-surat kehidupan, olehmu hujan adalah sesuatu yang layak menjadi teman. Olehmu, hujan tak selalu memberi bencana, bukan perihal romantisme, bukan juga keindahan, terbukti, hanya 3 jawaban pasti darinya, diam, senyum, dan tawa. Meski menyenangkan ketiganya lebih dari sekedar menyanjung keindahan.
Lalu untuk apa aku menuliskanmu?
Untuk menandai bahwa, sepeninggal Matar, masih ada hujan yang layak aku jadikan teman. Bahwa di antara titik hujan yang jatuh, entah oleh gravitasi, entah oleh kemauannya sendiri, entah demi apa Tuhan merencanakan itu, hujan bukan melulu basah.
Kemudian mereka bertanya: "Ketika hujan turun terus menerus, apa yang kau rasakan?"
Sudah kuperkirakan bahwa mereka merujuk pada bencana. Maka dengan bangga kujawab: "Hujan yang terus menerus, bagiku adalah kesegaran yang juga terus menerus jika itu Matar, dan keteduhan yang terus menerus, jika itu dirimu.
Kemudian mereka bertanya lagi: "Bukankah sesuatu yang berlebihan itu tidak baik?" Dengan sangat bangga aku menjawab: "Bagimu, namun aku terbiasa menabungnya, hingga ia selalu cukup pada saat kekeringan melanda."
Dedicated to Nick Salsabila a.k.a. A Rainy Girl
Langganan:
Posting Komentar
(
Atom
)
Tidak ada komentar :
Posting Komentar