Rabu, 10 Oktober 2012
Malaikat Kecilku
Bagikan di Google+
Semua berawal dari cinta pada pandangan pertama. Aku memtuskan pacarku dan mengubah statusnya menjadi istriku ketika aku berumur 19 tahun dan istriku pada saat itu berumur 17 tahun. Kami mempunyai komitmen untuk hidup mandiri lepas dari orang tua kami masing-masing. Istriku merupakan anak pengusaha kaya. Awalnya ide kami ini tidak disetujui oleh ayah istriku. Aku dan istriku dimintanya untuk menempati sebuah apartemen mewah milik ayah mertuaku. Aku menolak dengan keras. Aku tak ingin menodai apa yang telah aku rundingkan dengan istriku. Melalu proses yang panjang akhirnya semua keluarga istriku menyetujui keputasan kami.
Kami tinggal di sebuah gubuk tua di lereng gunung. Gubuk ini aku dapatkan dari jerih payahku menjadi penggali batu kpaur. Kami hidup dengan sangat sederhana. Untuk makan saja kami sangat kesulitan. Maklum aku kuliah saja tidak lulus. Zaman sekarang ijazah SMA tak berarti apa-apa. Pekerjaanku saat ini tetap menjadi seorang penggali batu kapur. Sedangkan istriku murni sebagai ibu rumah tangga. Aku tidak ingin melihatnya bekerja di luar rumah. Kulit putihnya taka rela rasanya jika harus dinikmati oleh lelaki lain. Yah.....istriku memang cantik, dia memiliki kulit putih mulus, rambutnya lurus oanjang dan hidungnya mancung. Maklum keturunan Arab. Seangkan aku hitam dan pendek. Mungkin ini yang dinamakan dahsatnya cinta. Seperti pepatah “bukan cantik yang menghadirkan cinta,tapi cinta yang menghadirkan cantik”.
Pada suatu malam. “Wahai suamiku.....ada apa denganmu?”tanya istriku. “aku bingung........aku telah kehilangan pekerjaanku, aku takut kamu juga akan meninggalkanku” jawabku. “Suamaiku, kamu tidak akan pernah kehilangan aku karena aku adalah tulang rusukmu”. Dan dia pun langsung memegang tanganku. Senyum manisnya terpancar dari bibirnya. Aku tidak menyangka istriku akan berkata seperti tadi. Dia sungguh makhluk yang menurutku sangat sempurna. Malam ini membungkusku dengan kelam yang menyimpan arti mendalam. Aku bersimpuh di atas hamaparan sajadah. Aku memohon petunjuk padaNya. Tak ada yang dapat membantuku kecualu Sang Khaliq.
Mentari pagi ini bersinar dengan cerah. burung-burung bersenandung indah menyambut datangnya pagi ini. Awan putih menghiasi langit. Aku masih saja duduk termenung di amperan gubukku. Tatapanku kosong. Tak ada satu ide yang terlintas di benakku saat ini. Hembusan angin saja tak mampu aku rasakan. Kicauan burung tak dapat aku dengarkan, mungkin telingaku lagi bermasalah. Beginilah nasib seorang penganguran nekat yang mengajak seorang wanita sempurna untk dinikahi. Untuk kesempatan kali ini mataku dapat bekerja dengan noormal. Seperti mimpi rasanya melihat wanita cantik dengan gerobak kecil yang dia dorong. Aku masih saja tidak percaya. Berkali-kali aku mencubit pipiku. Rasanya sakit. Namun, aku masih saja tidak dapat mempercyai hal ini walaupun pipiku sudah merah semua layaknya dimakan seribu nyamuk. “Assalamualaikum waahai suamiku!!! Sapa wanita itu. Bibirku seolah terjepit. Aku masih saja tetap mencubit pipiku. “Suamiku, apa ada yang salah dengan pekerjaanku???”tanaya wanita itu kembali. Demi Allah aku tidak yakin jika istriku mau berjualan sayur keliling. Yang aku tahu dia tidak pernah bekerja sengsara seperti ini. “istriku ... aku minta maaf...aku melihatmu berjualan seperti mimpi, ini semua salahku. Seharusnya aku yang bekerja bukan kamu sayang”jawabku. “Aku hanya ingin membantumu. Izinkan aku sayang....karena yang aku ingin hanyalah satu: melihatmu tersenyum, bagiku terlalu indah untukku........... begini saja mulai besok kita berjualan bersama...bagaimana??” jawabnya. “Baiklah istriku”, aku pun memeluknya.
Sebulan telah berlalu. Ekonomi keluarga kami berubah drastis. Sekarang aku sudah tidak berjualan keliling keluar masuk perkampungan untuk menjajakan sayur-mayur. Aku sudah tidak bekerja, namun aku sudah memiliki seseorang yang bekerja terhadapku. Istilahnya aku memiliki karyawan walaupun hanya berjumlah tiga orang saja.
Berdasarkan seberkas kisah di atas walaupun tidak sempurna seperti putri Rasulullah SAW Fatimah Az-Zahrah, namun ketegaran tokoh istri dapat dijadikan teladan bagi para wanita. Terumata teman-temanku di kampus tercinta ini.
Langganan:
Posting Komentar
(
Atom
)
Tidak ada komentar :
Posting Komentar