Minggu, 20 Januari 2013
Maaf
Bagikan di Google+

#Suara gemeresak ranting-ranting yang berserakan mengiringi langkah kakiku di tengah hujan yang mengguyur desa. Aku terus berlari di jalanan desa yang telah lama tidak pernah aku kunjungi, tanpa peduli dengan luka di kaki akibat tertusuk paku pagi tadi, karena secarik kertas yang ku baca kemarin telah membuat hatiku bergetar.
Hari ibu memang sudah hampir sebulan berlalu, tetapi aku masih belum sempat mengunjungi beliau, hingga surat itupun tiba. Setelah mengetahui kondisi beliau yang memburuk, akupun bergegas berangkat. Dan kini, aku telah tepat berada di depan rumah di mana aku pernah dibesarkan. Terlihat beberapa sandal dan payung di teras rumah, pertanda saudara-saudaraku telah tiba lebih dahulu. Anganku melayang, membayangkan masa kecilku dahulu, saat ibuku duduk di atas kursi goyang sambil memanjakanku dengan segenap kasih sayangnya di atas pangkuannya. Tetapi? Apa balasanku? Maafkan… Pyarrr… tiba-tiba sebuah suara gelas pecah dari dalam rumah membuyarkan lamunanku. Aku segera tersadar dan berlari masuk.#
Oleh: Jalaluddin El' Qassam
Langganan:
Posting Komentar
(
Atom
)
Tidak ada komentar :
Posting Komentar