Kamis, 03 Januari 2013
Paijo Bercerita
Bagikan di Google+
# "Dia berlari kencang sekali hampir menyamai laju kendaraan bermotor", Kata Paijo. "Kapan? Kenapa dia seperti itu?" Painem Penasaran.
Paijo melanjutkan ceritanya: "Awalnya begini, sore itu Si Ndul pulang dari belajar di gudang milik pak Asmo. Sebelumnya gudang itu kelihatan berdiri kokoh. Namun saat hujan lebat mengguyur tempat dia belajar. Mungkin karena lebatnya hujan yang menyebabkan gudang itu ambruk. Padahal waktu itu kami dan Paijo lagi asyik-asyiknya belajar."
"tapi kenapa dia lari seperti itu?" Painem memotong cerita Paijo karena penasaran.
"Tunggu sebentar, kamu selalu memotong ceritaku."
"Oke, maaf. Lanjutkan Jo."
"Ndul dan kami selamat dari reruntuhan atap gudang, tapi pak Asmo tertimpa kayu besar sebesar pahanya."
"Lalu? Pak Asmo ada yang nolongi?"
"Hmmm dipotong lagi, nanti aku kasih pisau sekalian kamu nem."
"Iya deh maaf." (Painem sambil tersenyum)
"Seketika itu Ndul bersikap sebagai pemimpin bagi teman-temannya. Dia menyemangati kami sambil mengangkat kayu yang menimpa Pak Asmo, seraya berkata: 'Teman-teman kita ini hidup didesa miskin, dari keluarga miskin, sekolah disekolahannya orang miskin, yang ngajari kita juga miskin. Tapi kita kaya, kita kaya semangat, kita kaya Sahabat, kita kaya Ilmu, kita kaya rasa. Tapi kita tidak akan kaya seperti ini jika tidak ada pak Asmo guru yang selalu mengajari kita bersyukur. Ayo terus bantu pak Asmo berdiri! Aku akan memanggil orang-orang desa untuk membantu.' Makanya itu dia berlari sekencang-kencangnya. Tanpa payung tanpa jas hujan dia menerobos lebatnya air hujan yang mengguyurnya, berharap ada yang mendengar teriakannya. Tak peduli kakinya yang telanjang tersandung batu, dia tetap berlari minta bantuan."
"Ada yang denger nggak?"
"Ya adalah, orang-orang desa langsung menuju gudang pak Asmo mengikuti Ndul. Akhirnya pak Asmo tertolong, namun pak Asmo jatuh sakit hingga waktu yang lama."
"Lalu siapa yang menggantikan pak Asmo ngajar?"
"Untung Ndul bisa menggantikannya selama pak Asmo belum sembuh. Dia anak paling pintar diantara kami. Cara mengajarnyapun mirip pak Asmo penuh semangat. dan kami juga belajar di serambi rumah orang kmapung. Tidak seperti di sekolahmu nem, yang kokoh, guru-gurunya banyak. Satu tidak masuk tinggal digantikan. Guru tidak mengajarpun tetap digaji, contohnyasi Ndul."
"Kenapa kalian tidak sekolah dikota saja? sekolahku disini?"
"Kenapa kalian saja yang pergi kedesa membantu kami memperbaiki sekolah? mendirikan layanan kesehatan yang layak? Mengirim guru-guru yang berbakti pada negeri bukan pada gaji?"
Painem tertunduk mendengar pertanyaan Paijo.
"Kau tidak usah sedih nem, sekarang sekolah kami sudah bagus, pak Asmo juga sudah sembuh.
Setelah kejadian itu pak Bupati memberikan bantuan untuk Sekolah kami. Kapan-kapan main kesekolahanku ya!"
Akhirnya sekarang sekolah Ndul, Paijo dan teman-temannya kokoh dan tidak khawatir roboh lagi. Mereka senang Pemerintah memperhatikan mereka walaupun harus ada korban dulu untuk mengetuk hati pak Bupati.#
Oleh: Miftahul Arshavin
Langganan:
Posting Komentar
(
Atom
)
Tidak ada komentar :
Posting Komentar