Senin, 01 Juli 2013
Kertas
Bagikan di Google+
Kertas itu berwarna putih bersih saat belum mengenal selain dirinya seakan-akan hamparan kosong yang luas dan tanpa makna apa-apa. Kertas itu akan menjadi lembaran yang enak dibaca ketika kalimat-kalimat yang di dalamnya menceritakan sesuatu yang indah sehingga orang yang membacanyapun akan tersenyum atau menangis bahagia serta akan menyimpannya. Namun kertas juga bisa menjadi lembaran yang dapat membuat orang yang membacanya menjadi miris atapun menangis sedih dengan penuh rasa sesal karena yang di dalamnya menceritakan sesuatu yang buruk. Kalau sudah seperti itu akankah kertas itu dibuang ke tempat sampah?
Anggap aja hidup ini layaknya kertas dalam mengukir tinta kehidupan, "kalimat" mana yang akan kita pilih? kalimat yang akan membuat kita bahagia ataukah kalimat yang justru mengantarkan kita akan kenistaan yang hina? Teman "life is Choice" hidup itu pilihan, mau jadi yang istimewa atau hanya biasa-biasa saja? tentu kita menginginkan yang istimewa bukan?
Anggap aja hidup ini layaknya kertas dalam mengukir tinta kehidupan, "kalimat" mana yang akan kita pilih? kalimat yang akan membuat kita bahagia ataukah kalimat yang justru mengantarkan kita akan kenistaan yang hina? Teman "life is Choice" hidup itu pilihan, mau jadi yang istimewa atau hanya biasa-biasa saja? tentu kita menginginkan yang istimewa bukan?
Bloofers tentu tuk menjadi yang istimewa itu memang perlu proses dan marilah kita bersama-sama belajar tuk menjadi yang istimewa. Tidak perlu kita membayangkan istimewa itu langsung menjadi orang yang punya banyak harta, jabatan yang tinggi, sukses dalam karir tentu dalam hal ini adalah kesuksesan yang mengantarkan pada keberkahan bukan pada kemurkaan, memang itu boleh menjadi target namun hendaknya kita juga perlu mengasahnya mulai dari bawah. Nah inilah yang justru menurutku penting tuk dilatih.
Hendaknya kertas kehidupan bisa kita isi dengan kalimat-kalimat yang indah yang insyaAlloh penuh berkah. Misal disaat kita masih dianggap orang "kecil" mari belajar melatih agar tidak mudah sombong, dengan apa? merendahlah ketika kita mempunyai keunggulan dibanding dengan orang lain, sehingga disaat orang menganggap kita "besar" kita sudah terbiasa tuk merendah dan tidak sombong dengan apa yang kita miliki.
Melatih sesuatu itu emang perlu proses nah disinilah kita belajar tuk melatih diri kita. Satu kata "terbiasa", inilah yang menurut hikmatku perlu kita perhatikan, kebiasaan (habits). Habits atau kebiasaan itulah yang hendaknya kita latih, kebiasaan itu akan muncul ketika kita melakukan sesuatu secara rutin sehingga kitapun terbiasa menjalankannya. Berat memang dalam membuat habits, apalagi habits yang baik tentu godaannya luar biasa, apa sih contohnya? contoh sederhananya misal bangun pagi seringnya sebelum shubuh atau sesudah nich, apalagi kesiangan hehe..
Dari pengasahan proses dari "bawah" inilah hikmatku kertas itu akan dihiasi kalimat-kalimat yang indah dan "penulispun" akan enjoy menuliskannya dan "pembacanyapun" akan menikmatinya. Adakalanya suatu kebaikan awalnya harus dipaksa ketika sudah mampu kita kendalikan maka hal itu akan menjadi terbiasa (habits) namun bukan yang biasa melainkan yang istimewa. Kembali ke contoh di atas tentu orang yang bangun sebelum shubuh itu lebih istimewa daripada orang yang bangun sesudah shubuh, apalagi sampai kesiangan. Habits yang istimewa itulah pensilnya.
Habits atau kebiasaan biasanya sering identik dengan konotasi negatif, ga percaya? Bloofers sering apa tidak denger kalimat, "dasar kebiasaan.." "mbok ya jangan punya kebiasaan seperti itu.." atau mungkin teman pernah masuk di suatu kamar mandi entah kos-kosan, kamar mandi Masjid, kamar mandi umum dan disitu ada tulisan "mohon matikan kran air sehabis pakai" kenapa harus ada tulisan itu? karena sebagian orang itu punya kebiasaan lupa matiin kran air kalau habis memakainya hehe..
Habits ataupun kebiasaan sungguh indah ketika itu dalam kebaikan, sesuatu yang otomatis bisa kita lakukan seakan-akan tanpa disuruh kita sudah melakukannya sendiri. Dalam hikmatku kita bisa memulai melatih habits dengan menggunakan kata "setelah". Misal "setelah bangun pagi, aku mandi", "setelah sholat maghrib, aku mengaji" atau mungkin teman-teman blogger juga sudah punya habits, misal "setelah shubuh, aku menulis". Duh indah ya kalu kita punya habits yang baik apalagi semakin mendekatkan kita pada Ilahi Rabbi, terbiasa jamaah, terbiasa dhuha, terbiasa tahajud yang itu seakan-akan secara otomatis kita lakukan tanpa ada beban, duh..pengen bangetss seperti itu. Namun perlu kita ingat bersama dalam hikmatku habits itu baru bisa kita rasakan setelah 4-6 bulan lebih kita melakukannya dan akan hilang ketika kita meninggalkannya meski 1 minggu saja dan kita mesti mulai dari awal lagi dalam membangun Habits.
Bloofers, indah ya kalau kertas kita bisa dihiasi kalimat-kalimat yang indah yang bisa mengantarkan kita kepada kebahagiaan Dunia dan Akhirat kelak. Dihiasi dengan kebiasan-kebiasaan yang bermanfaat untuk diri kita sendiri maupun orang lain.
Hendaknya kertas kehidupan bisa kita isi dengan kalimat-kalimat yang indah yang insyaAlloh penuh berkah. Misal disaat kita masih dianggap orang "kecil" mari belajar melatih agar tidak mudah sombong, dengan apa? merendahlah ketika kita mempunyai keunggulan dibanding dengan orang lain, sehingga disaat orang menganggap kita "besar" kita sudah terbiasa tuk merendah dan tidak sombong dengan apa yang kita miliki.
Melatih sesuatu itu emang perlu proses nah disinilah kita belajar tuk melatih diri kita. Satu kata "terbiasa", inilah yang menurut hikmatku perlu kita perhatikan, kebiasaan (habits). Habits atau kebiasaan itulah yang hendaknya kita latih, kebiasaan itu akan muncul ketika kita melakukan sesuatu secara rutin sehingga kitapun terbiasa menjalankannya. Berat memang dalam membuat habits, apalagi habits yang baik tentu godaannya luar biasa, apa sih contohnya? contoh sederhananya misal bangun pagi seringnya sebelum shubuh atau sesudah nich, apalagi kesiangan hehe..
Dari pengasahan proses dari "bawah" inilah hikmatku kertas itu akan dihiasi kalimat-kalimat yang indah dan "penulispun" akan enjoy menuliskannya dan "pembacanyapun" akan menikmatinya. Adakalanya suatu kebaikan awalnya harus dipaksa ketika sudah mampu kita kendalikan maka hal itu akan menjadi terbiasa (habits) namun bukan yang biasa melainkan yang istimewa. Kembali ke contoh di atas tentu orang yang bangun sebelum shubuh itu lebih istimewa daripada orang yang bangun sesudah shubuh, apalagi sampai kesiangan. Habits yang istimewa itulah pensilnya.
Habits atau kebiasaan biasanya sering identik dengan konotasi negatif, ga percaya? Bloofers sering apa tidak denger kalimat, "dasar kebiasaan.." "mbok ya jangan punya kebiasaan seperti itu.." atau mungkin teman pernah masuk di suatu kamar mandi entah kos-kosan, kamar mandi Masjid, kamar mandi umum dan disitu ada tulisan "mohon matikan kran air sehabis pakai" kenapa harus ada tulisan itu? karena sebagian orang itu punya kebiasaan lupa matiin kran air kalau habis memakainya hehe..
Habits ataupun kebiasaan sungguh indah ketika itu dalam kebaikan, sesuatu yang otomatis bisa kita lakukan seakan-akan tanpa disuruh kita sudah melakukannya sendiri. Dalam hikmatku kita bisa memulai melatih habits dengan menggunakan kata "setelah". Misal "setelah bangun pagi, aku mandi", "setelah sholat maghrib, aku mengaji" atau mungkin teman-teman blogger juga sudah punya habits, misal "setelah shubuh, aku menulis". Duh indah ya kalu kita punya habits yang baik apalagi semakin mendekatkan kita pada Ilahi Rabbi, terbiasa jamaah, terbiasa dhuha, terbiasa tahajud yang itu seakan-akan secara otomatis kita lakukan tanpa ada beban, duh..pengen bangetss seperti itu. Namun perlu kita ingat bersama dalam hikmatku habits itu baru bisa kita rasakan setelah 4-6 bulan lebih kita melakukannya dan akan hilang ketika kita meninggalkannya meski 1 minggu saja dan kita mesti mulai dari awal lagi dalam membangun Habits.
Bloofers, indah ya kalau kertas kita bisa dihiasi kalimat-kalimat yang indah yang bisa mengantarkan kita kepada kebahagiaan Dunia dan Akhirat kelak. Dihiasi dengan kebiasan-kebiasaan yang bermanfaat untuk diri kita sendiri maupun orang lain.
Langganan:
Posting Komentar
(
Atom
)
Seandainya hidup itu seperti menulis di kertas dalam leptop, bisa di hapus semua kata yang salah tanpa bekas. Faktanya hidup ini seperti mengetik di mesin tik yang hanya bisa diperbaiki, di tipeX jika ada yg salah. Dan tipeX tetap saja memberi bekas :)
BalasHapushmm iya ya.. tapi emang sebisa mungkin bekas itu kita hilangkan meski memang terkadang masih terasa ^_^
Hapussemua butuh proses termasuk mengontrol karakter. Buku yang kita baca, juga sangat berpengaruh dalam pembentukan karakter dan watak kita. Tinggal kita mampu mengambil yang baik atau buruk. Yang membahagiakan atau yang membuat kita menangis.
BalasHapusyoi mas sob, insyaAlloh semoga kita mengambil yang membahagiakan ya.. ^_^
Hapus