Senin, 08 Juli 2013
Mengalah
Bagikan di Google+
Suatu ketika aku ikut serta dalam meramaikan padatnya jalanan ada kejadian yang cukup menyebalkan namun ada pelajaran yang bisa kita rasakan.
Bloofers coba bayangkan jika ada jalan raya yang tidak begitu besar membentang dari Timur-Barat dilalui dengan 2 arah yang berlawanan yang hanya dipisahkan oleh garis-garis putih yang tiap hari kepanasan dikala siang serta kedinginan dikala malam, kemudian dalam waktu yang sama ada rombongan kendaraan yang memadati jalan baik dari arah timur-barat maupun sebaliknya dari arah barat-timur.
Nah pada titik tertentu ada salah satu kendaraan dari arah barat ke timur ingin menyeberang belok ke kanan, namun disaat yang bersamaan di titik tersebut juga banyak kendaraan yang lewat dari arah timur ke barat sementara syarat mutlak untuk bisa belok ke kanan adalah melewati arus jalur kendaraan timur-barat, lantas apa yang terjadi? Macet,itu jawababnya.
Bloofers coba bayangkan jika ada jalan raya yang tidak begitu besar membentang dari Timur-Barat dilalui dengan 2 arah yang berlawanan yang hanya dipisahkan oleh garis-garis putih yang tiap hari kepanasan dikala siang serta kedinginan dikala malam, kemudian dalam waktu yang sama ada rombongan kendaraan yang memadati jalan baik dari arah timur-barat maupun sebaliknya dari arah barat-timur.
Nah pada titik tertentu ada salah satu kendaraan dari arah barat ke timur ingin menyeberang belok ke kanan, namun disaat yang bersamaan di titik tersebut juga banyak kendaraan yang lewat dari arah timur ke barat sementara syarat mutlak untuk bisa belok ke kanan adalah melewati arus jalur kendaraan timur-barat, lantas apa yang terjadi? Macet,itu jawababnya.
Kemacetan akan terjadi dari arah barat menuju ke timur karena arus kendaraan yang beriringan dari arah barat itu tidak bisa berjalan dikarenakan adanya kendaraan yang berhenti karena mau belok ke kanan, sementara iring-iringan kendaraan dari arah timur ke barat terus berlari sehingga tidak memungkinkan digunakan untuk menyeberang.
Sembari waktu berlari akhirnya ada seseorang dari sekian banyaknya pengguna arus jalan dari arah timur ke barat yang meluangkan beberapa detik waktunya tuk berhenti sejenak "mengalah" memberi kesempatan kepada mobil itu agar bisa menyeberang belok ke kanan. Apa yang terjadi? ya.. setelah mobil bisa menyeberang arus lalu lintaspun kembali lancar dari dua arah.
Akupun merenung dalam benakku, bisa jadi hal serupa dengan esensi yang sama namun dalam bentuk cerita yang berbeda itu terjadi, yaitu dalam cerita perjalan arus kehidupan ini. Dalam hidup ini terkadang diwarnai akan sikap keegoisan yang menjadi-jadi, ingin pendapatnya yang diakui, ingin selalu menang sendiri, ingin dimengerti namun di sisi lain orang lain tidak dipahami, sungguh tidak adil diri ini ketika berpola sikap seperti itu layaknya pengendara dari arah timur ke barat yang tidak mau memberi kesempatan pengendara lain untuk menyeberang dimana dampaknya akan menyebabkan kemacetan yang akan merugikan banyak orang, padahal jika kita dalam posisi yang sama dengan si penyebrang jalan tentu kita juga mengharapkan adanya orang yang yang mau memahami karena kita hendak menyeberang jalan.
Dalam hidup ini mau tidak mau kita mesti berinteraksi dengan orang lain dan memang kita terkadang dihadapkan pada suatu keadaan dimana kita diharuskan mengambil sikap ataupun keputusan guna menjalaninya, nah disinilah diri ini dituntut untuk sebijaksana mungkin dalam bersikap tentu hendaknya yang kita ambil tidak keluar dari koridor syariah.
Adakalanya kita membawa tubuh ini dalam menjalani kehidupan ingin selalu menuruti keinginan kita, namun disadari atau tidak ada orang-orang disekitar kita yang juga butuh akan raga dan waktu kita. Sediakanlah untuk mereka, sungguh diri kita tidak 100% milik kita sepenuhnya, raga, jiwa, waktu kita juga milik mereka, apalagi sebagai muslim tentu alangkah indahnya jika jiwa raga ini bisa untuk kemuliaan Islam.
Alangkah indahnya jika kita mengurangi atau bahkan menghilangkan keegoisan kita, rasa cuek kita kepada sesama itu sungguh mulia, Bloofers mari kita belajar bersama, "belajar mengalah. "Mengalahlah Untuk Menang"
~*~ Mohon maaf atas segala kekhilafaan, Marhaban yaa Ramadlan ~*~
Langganan:
Posting Komentar
(
Atom
)
Di jalanan negeri ini, jika tidak ada yg mengalah, waduh pasti kecelakaan banyak banget terjadi. Karena sebenarnya yang nampak keren, lihai kebut-kebutan itu adalah orang meminta kebijakan kebaik hatian pengguna jalan lain utk mengalah :D
BalasHapushehe... mengalah ke orang yg suka kebut2an donk
Hapusmengalah dalam kehidupan juga gampang2 susah ya kang ^_^
mengalah memang mencirikan orang penyabar..dan orang penyabar pasti disayang tuhan..
BalasHapusselamat ramadhan :)
aamiin semoga kita bisa menjadi orang penyabar
Hapuskalau sifat lebih mudah untuk diubah, tapi kalau sudah punya watak tidak bisa mengalah, pasti akan sulit untuk diubah :)
BalasHapusiya kang emang sulit kalo udah watak, tapi disitulah tantangannya jika ia berhasil | Juara itu namanya ^_^
Hapus